Konflik Politik Identitas Dalam Konteks Agama dan Etnis
Politik | 2022-04-17 14:10:14Di era reformasi kita dihadapkan pada dominasi politik identitas. Isu SARA menjadi alat kepentingan politik. oleh sebagain pengamat politik, apabila ini dibiarkan, maka akan dapat berujung pada fasisme. Berbagai kekuatan politik dan kelompok-kelompok strategis dalam masyarakat berlomba-lomba memainkan sentimen agama, ras, etnis, dan jender untuk menggolkan agenda-agenda politiknya.
Pemilu presiden 2014 merupakan gambaran kondisi politik paling vulgar tentang bagaimana politik identitas dioperasikan. Hal yang sama terulang dalam pilkada DKI Jakarta. Mengapa politik identitas ini dominan dalam perbincangan publik kita? ada dua penyebabnya: Pertama, Absennya kontestasi ideologi menyebabkan seluruh kekuatan politik ini mengandalkan identitas sebagai daya tarik dan daya ikat konstituennya. Kedua, politik identitas ini juga terfasilitasi oleh perkembangan kelembagaan politik pasca Soeharto, khususnya dengan maraknya pemekaran daerah-daerah baru hasil dari kebijakan otonomi daerah. Di daerah-daerah baru ini, politik identitas merupakan pondasi utama bagi setiap kontestan untuk memenangkan pertarungan politik formal dan informal.
Saya setuju dengan pernyataan yang ada diatas tersebut, khususnya mengenai dua faktor penyebab politik identitas dominan dalam perbincangan publik kita. Identitas secara teoritis adalah sesuatu yang bersifat hidup atau ada dalam setiap etnis dan agama sebagai suatu tanda maupun ciri khas dari setiap individu. Secara empiris, politik identitas adalah aktualisasi partisipasi politik.
Dalam hal ini terdapat contoh konflik golongan agama pada tahun 2000-an terjadi konflik yang melibatkan golongan Agama, yaitu Ahmadiyah dan Syiah. Kerusuhan ini bermula saat, golongan Ahmadiyah mengalami banyak sekali tekanan dari kelompok mayoritas di wilayahnya.
Mereka dianggap menyimpang hingga akhirnya diusir, rumah ibadah dan warga dibakar hingga aksi kekerasan lainnya. Jemaah dari Ahmadiyah dipaksa kembali ke ajaran asli dan meninggalkan ajaran lamanya. Menurut Ananda Muhammad Firdaus (2019).
Saya menganggap bahwa kasus tersebut menjadi salah satu penyebab bangkitnya politik identitas di Indonesia. Ahmadiyah yang dianggap menyimpang hingga akhirnya diusir kala itu, dan kasus tersebut merupakan momentum bagi golongan tertentu untuk memantapkan langkahnya dalam kontestasi politik.
Dilain hal juga terdapat konflik antara Etnis pada tahun 1998. Kerusuhan yang terjadi di penghujung Orde Baru 1998 yang awalnya dipicu oleh krisis moneter yang membuat banyak sektor di Indonesia runtuh. Namun lambat laun kerusuhan menjadi semakin mengerikan hingga berujung pada konflik antara etnis pribumi dan etnis Tionghoa. Selain menjarah dan membakar banyak hal penting dari etnis Tionghoa. Mereka juga melakukan tindak kekerasan pada para wanita dari etnis ini, kasus pelecehan seksual banyak dilaporkan hingga kasus pembunuhan pun tak bisa dihindari. Konflik antar etnis yang terjadi di Indonesia benar-benar membuat negeri ini menjadi lautan darah. Adi Nugroho (2016).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.