Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Sultan

Apakah Larangan Mudik Lebaran Tahun Ini Tidak Sia-sia?

Gaya Hidup | Thursday, 06 May 2021, 21:16 WIB

Kebijakan larangan mudik lebaran tahun ini menjadi sorotan publik. Tidak sedikit warga yang harus rela menunda mudik untuk bertemu dengan keluarganya. Apakah mereka kecewa? Pasti. Mudik lebaran yang telah direncanakan sejak lama, dan bahkan sudah membeli oleh-oleh buat keluarganya di kampung halaman, kini harus menelan kekecewaan. Pasalnya, pemerintah telah melakukan larangan mudik dan telah diberlakukan sejak hari ini (6/5/2021) di berbagai daerah di Indonesia. Petugas telah melakukan penyekatan di berbagai titik perbatasan antar daerah.

Putar balik, itulah kenyataan pahit yang harus diterima oleh calon pemudik saat memasuki perbatasan antar kabupaten/kota dan provinsi. Apakah kebijakan larangan mudik lebaran tahun ini berdampak positif dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 atau sebaliknya? Tentunya berdampak positif. Calon pemudik dan keluarga yang akan dikunjungi di kampung halaman, sama-sama tidak berisiko tertular atau pun menularkan Covid-19.

Tidak dapat disangkal bahwa penyekatan yang dilakukan di sejumlah titik perbatasan antar daerah yang bertujuan membatasi warga keluar dan masuk daerah tertentu merupakan sebuah solusi untuk menekan penyebaran Covid-19. Akan tetapi, ada permasalahan klasik yang lebih penting lagi untuk ditingkatkan yakni mendorong dan menjaga perilaku kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan Covid-19.

Sebagian besar warga Indonesia sudah menjadikan mudik lebaran sebagai sebuah tradisi tahunan. Sehingga, wajar jika terjadi kontroversi kebijakan larangan mudik diberlakukan. Akan tetapi, bukankah menjaga kesehatan diri dan keluarga jauh lebih penting dibandingkan mudik lebaran dan menjadi sumber atau korban Covid-19? Silahkan dijawab di dalam hatinya masing-masing.

Selain fenomena mudik yang menjadi sorotan di masa pandemi ini, ada fenomena klasik lainnya yang terjadi di masyarakat menjelang hari lebaran yakni sejumlah tempat perbelanjaan menjadi ramai pengunjung. Tidak terkecuali beberapa tempat untuk sekadar berbuka puasa atau makan bersama keluarga seperti kafe dan restoran pun ramai dikunjungi warga. Pertanyaannya, apakah kepatuhan pengunjung terhadap protokol kesehatan Covid-19 telah dipraktikkan di tempat-tempat tersebut?

Faktanya, masih banyak pengunjung yang tidak mematuhinya, padahal pihak pengelola tempat perbelanjaan dan pemilik tempat makan telah menyediakan sejumlah fasilitas pendukung praktik kepatuhan protokol kesehatan. Akan tetapi, sekali lagi bahwa masih ada pengunjung yang tidak memanfaatkan sarana cuci tangan, tidak menjaga jarak aman, dan bahkan masih ada yang tidak memakai masker secara benar.

Praktik ketidakpatuhan protokol kesehatan yang masih dilakukan sebagian warga merupakan permasalahan yang harusnya dituntaskan lebih dulu dibandingkan larangan mudik lebaran. Kebijakan larangan mudik lebaran akan menjadi sia-sia, jika warga masih saja tidak mematuhi protokol kesehatan.

Foto salah satu tempat usaha yang menerapkan protokol kesehatan

Pengorbanan sebagian warga yang membatalkan mudiknya baik karena kesadaran sendiri maupun secara terpaksa karena adanya larangan, sudah sepatutnya dihargai dan dihormati khususnya oleh warga yang tidak merencanakan mudik lebaran tetapi tidak patuh pada protokol kesehatan. Salah satu bentuk penghargaan tersebut adalah mempraktikkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Jika masih saja ada warga yang tidak merencanakan mudik lebaran tetapi justru tidak patuh protokol kesehatan, maka alangkah bijaksananya kebijakan larangan mudik tersebut dicabut dan membolehkan para calon pemudik untuk mudik lebaran dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Sejak hari ini, sebagian besar petugas yang tergabung dalam Satgas penanggulangan Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia, mengerahkan segala kekuatan terbaiknya untuk memastikan kebijakan larangan mudik berjalan dengan baik, akan tetapi pada sejumlah tempat-tempat berisiko penularan Covid-19 yang disebabkan kerumunan warga, justru tidak dijaga secara ketat oleh petugas seperti halnya yang dilakukan di perbatasan antar daerah.

Olehnya itu, perlu dilakukan pendistribusian petugas secara proporsional, tidak hanya konsentrasi di perbatasan antar daerah untuk menghalangi warga yang akan mudik lebaran, tetapi tetap konsisten melakukan pemantauan di tempat-tempat atau fasilitas umum yang rawan kerumunan. Selain untuk menghimbau dan memonitoring kepatuhan pengunjung terhadap protokol kesehatan, petugas juga secara langsung memastikan bahwa pengelola atau pemilik tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan telah menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Hal ini penting dilakukan agar kebijakan larangan mudik lebaran tidak menjadi sia-sia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image