Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathur rachman

Menjadi Pemimpin dalam Sebuah Proyek Film ala Salman Aristo

Gaya Hidup | Friday, 30 Apr 2021, 18:49 WIB

Tangkapanlayar rekaman kuliah umum TVF Universitas Padjajaran bersama Salman Aristo(Fathur Rachman)

Ibaratkannya sedia payung sebelum hujan, Penulisdan Produser, Salman Aristo mencoba berbagi pengalamannya tentang kepemimpinan sebelumseseorang terjun ke dalam dunia pekerjaan. Menurutnya, sebagai produser yangmemimpin sebuah produksi film perlu menjadikan dirinya sebagai kompas yangbertanggung jawab.

Kepemimpinan itu ibaratkan seperti pepatahsedia payung sebelum hujan, tentu perlu mengetahui kebutuhan apa saja yangperlu dimiliki sebelum seseorang terjun ke dalam dunia pekerjaan. Salman Aristo,Penulis dan Produser yang sudah lama memimpin sebuah produksi film mengatakanperlunya seorang pemimpin untuk menjadikan dirinya sebagai kompas yangbertanggung jawab.

Produser harusyang paling rewel masalah ini karena kita harus menjadi kompas dalam penulisanskenario ini. Kompasnya berada pada kita, selain itu juga visinya terletak dikitanya sendiri, ujar Salman, dalam kuliah umum Program Studi Televisi dan Film UniversitasPadjajaran, Bandung pada Selasa (20/4/2021)

Salman sendirisudah lama menekuni kepenulisan dan produksi di industrifilm Indonesia. Tidak tangung-tanggung, dedikasinya tersebut banyakmembuahkan berbagai film layar lebar yang ciamik seperti Laskar Pelangi danAyat-ayat Cinta. Terakhir Ia bersama Wahana Kreator dan Starvision memproduksifilm Dua Garis Biru yang bertemakan pendidikan seksual dan keharmonisan keluarga.

Dalampemaparannya pun ia menekankan beberapa poin yang perlu dimiliki untuk parapemimpin, serta bagaimana membangun iklim kerja yang sehat berdasarkan apapunyang pernah ia alami dalam ruangan development.

Memahami Karakter setiap rekan kerja

Dilatarbelakangibahwa setiap manusia itu spesial, Salman menemukan cara agar utamanya pemimpinitu harus memiliki relasi yang harmonis dengan orang terdekat dan paraanggotanya. Dari hal tersebut pun nantinya akan dapat belajar menghargai setiaporangnya.

Pertama kitaharus tau karakter semua orang bagaimana, harus juga belajar tentang empati. Misalnyambak mira yang menyuruh saya re write kembali dengan memposisikan gue sebagaiproduser juga. Di situ ia bisa menghargai itu dulu, ujar Salman.

Sampai sekarangpun Ia tak jarang juga menemukan produsernya sendiri bahkan tidak mengetahui paraanggotanya, sampai-sampai yang terparah adalah tidak berkenalan dengan aktorutamanya. Hal tersebut terkesan penting menurutnya demi melancarkan danmengurangi masalah organisasi bekerja.

Di sisi lain, pemimpinjuga perlu mengetahui terlebih dahulu mengetahui bagaimana sistem tempatkerjanya bekerja. Layaknya Wahana Kreator tempat teamnya memproduksi skenariomemberlakukan aturan seperti gak ada bullying dan pelecehan seksual.

Pernah ada yangmengalami orang gak jadi bekerja karena dibikin seseorang gak bisa bercanda danmenganggap terlalu berlebihan. Hal itu lebih baik dan itu ditaruh di depan.

Menentapkan Ekspektasi

Hal kedua yang terpentingmenurut Salman ialah membuat ekspektasi terlebih dahulu sebelum menjadi partnerkerja seseorang. Hal ini membantunya untuk menemukan orang yang dapat diajakbekerja sama. Selain itu hal ini memberikannya kemampuan untuk menentukankompetensi pada dirinya dan timnya.

Jadi setting of expectation itu membantu kitamenemukan orang yang bisa bekerja dengan sehat. Meskipun jika hasilnya menjadimasterpiece tapi tidak membuat lebih baik dari sebelumnya ketika keluar dariitu ya sama saja.

Namun, ia jugamengingatkan bahwa selain ekspektasi, perlu untuk mengatur kekecewaan terburukpada suatu hal. Dari situ Ia belajar untuk dapat belajar untuk tenang jika adakesalahan teknis dan ketidaksesuaian gambaran terhadap sesuatu.

Misalnya gue tau sedang bekerja dengan anakmagang, tentu di situ gue mikir kira-kira apa kekecewaan yang bakal gue dapet jika bekerja dengan anakmagang. Tapi, bukan lantas menjadi orang yang cemas atau khawatir, tambahnya

Menicptakan ruang bekerja yang nyaman

Iklim kerja yangsehat juga banyak diharapkan oleh para pekerja. Menurut Salman hal itu akandatang melalui pemimpinnya terlebih dahulu, dalam konteks ini ialah produseryang mengetahui jalannya pryoek tersebut. Pendekatan pertama yang ia lakukanadalah memberikan ruang atas hak pekerja dan memahami kondisi pekerjanya.

Terutamamementingkan dulu hak-hak para pekerja yang bekerja bersama kita dipenuhi duluhaknya. Jangan pernah dicurangi karena itu adalah hak asasi. Lalu juga melihat kondisimental dan fisiknya, waktu mereka bekerja, dan kuat energinya mereka, jelasnya.

Kemudian Salmanmengatakan development room itu harusmenjadi ruang yang aman. Dengan terciptanya ruang yang nyaman secara langsungakan membuat para anggota produksi film mudah untuk mengeluarkan isi hatinya,pikiran dan pandangannya tanpa adanya penilaian tidak nyaman sampai dapatmenghambat pekerjaan.

Penulis anakmilenial sekarang kalau dikomentari tidak boleh baper juga. Ini tentang ceritabukan tentang individu yang kita mau sama-sama ingin buat jadi bagus. Kitanyajuga kalau memberi komentar jangan membuat orang jadi baper, tuturnya.

Superman vs superteam

Salman percayamenjadi pemimpin itu pun tidak dipaksakan untuk mengerjakan semuanya sendiri.Dengan kata lain ia mengedepankan superteam, bukan superman karena membentuktim lebih penting.

Perlu adaberbagai elemen yang jalan dalam waktu yang paralel dan tentu gak mungkindikerjakan oleh satu orang. Semisal dipaksakan sendiri pun berdasarkanpengalaman malah yang ada jadi berantakan, jelasnya.

Oleh karenanya Iamulai memnghidupkan strategi development dengan mengajak semua untuk memilikiandil besar dalam berpartisipasi pada kegiatan produksi film. Dalamimplementasinya pun semua anggotanya akan Ia hargai pada setiap usahanya.

Produser danmentor gue dulu mengajarkan hal itu terlebih dahulu untuk ikut menjadi problemsolver dalam perspektif skenario, bukan Cuma dia yang menjadi problem solving.

Maka dari itu, setiap langkahyang dilakukan seorang pemimpin baik itu tempat kerja ataupun organisasi perludipertimbangkan dan dipikirkan terlebih dahulu. Pemimpin juga perlu memilikitanggung jawab pada setiap pilihannya dan setelahnya memperlihatkan contoh yangbaik untuk para anggotaa.

Penulis: Fathur Rachman

Atribusi: Mahasiswa Jurnalisrik, FakultasIlmu Komunikasi Unpad.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image