Tommy, Si Kancil yang Penyayang
Guru Menulis | 2022-04-14 21:48:28Tommy, Si Kancil yang Penyayang
Oleh : Giyoto
Berdebar hati Tommy saat berjalan melewati rimbunnya hutan bambu di bantaran Sungai Gandaria. Langkah kakinya dipercepat, apalagi sore itu ia berjalan sendiri. Mentari pelan-pelan bersembunyi di balik punggung gunung. Malam pun menjelang bersama hadirnya kerlap-kerlip bintang. Suara burung malam pun mulai terdengar dari kejauhan. Tommy adalah seekor kancil yang hidup sebatang kara. Ia tak berayah-ibu sejak masih kecil. Kedua orang tuanya ditangkap pemburu. Tommy bergegas meninggalkan hutan bambu dan tak berani lagi menoleh ke belakang. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti setelah kaki depannya menyepak sesuatu yang bulat seperti tempurung kelapa.
“Aduh, benda apa ini?” teriak Tommy lirih.
Mata Tommy terus mengamati benda asing yang baru saja ia sepak. Dalam kegelapan benda tersebut tak kelihatan jelas. Sambil menahan rasa takutnya, Tommy mendekati benda bulat tersebut. Ia mengendus-endus benda mirip buah srikaya itu.
“Tolong, tolong. Jangan kau sakiti aku!”suara rintihan berasal dari benda tersebut.
Tommy semakin penasaran saja, kaki depannya mengorek-orek tanah dekat benda aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya.
“Kamu siapa? Tolong, jangan sakiti aku!”kembali benda itu bersuara.
Tommy masih terdiam, ia memastikan bahwa suara itu berasal dari benda di hadapannya. Tommy sempat menoleh ke kanan dan ke kiri.
Setelah ia yakin, lalu menjawab,”Aku Tommy, aku tidak akan menyakiti kamu. Kamu Siapa?”
Pelan-pelan benda bulat tersebut bergerak membuka. Tommy semakin penasaran dan berdebar jantungnya. Ternyata benda mirip bola itu adalah seekor anak trenggiling yang lucu. Trenggiling akan menggulungkan ekornya yang panjang untuk melindungi diri dari serangan musuh.
“Namaku Eggi, aku tinggal di bawah batu besar di tepi sungai.” jawab Eggi.
“Kenapa kamu seorang diri di sini?” tanya Tommy.
Belum sempat Eggi menjawab pertanyaan Tommy, tiba-tiba muncul dua ekor serigala dari balik rerumputan. Mereka mengendus-endus dan nampak beringas. Matanya menatap tajam Tommy dan Eggi
“Wah,wah,wah, beruntung sekali malam ini Pon, ha..ha..ha..!” teriak salah satu dari serigala itu.
Dua serigala itu sangat menyeramkan. Mereka adalah Ipon dan Grego, serigala hutan yang di kenal bengis dan sering membuat kekacauan.
“Betul Grego, malam ini kita berpesta, ha..ha..ha..”kata Ipon sambil mengitari Tommy dan Eggi.
Tommy berusaha tenang mendekati Eggi yang mulai ketakutan.
“Tenang Eggi, Kau tak usah takut. Kita hadapi bersama.” ucap Tommy meskipun sebenarnya ia juga takut. Ia juga belum pernah bertemu dengan duo serigala jahat itu.
Eggi menangis ketakutan di dekat Tommy.
“Apa yang kamu inginkan?”tanya Tommy.
Grego menjawab, “Kau akan ku makan. Ha..ha..ha.”
“Serahkan trenggiling itu!” teriak Ipon.
“Tunggu, Kau tidak bisa seenaknya.” jawab Tommy.
Tommy memberanikan diri berteriak dengan lantang, “Kau harus tangkap aku dulu sebelum memakan Eggi.”
“Ha..ha..ha. Apakah aku tidak salah dengar ini.” jawab Grego.
Eggi bersembunyi di balik batu. Sementara Tommy berlari memancing dua serigala itu menjauh dari tempat itu. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Tommy sangat lincah meloncat ke sana ke mari menghindar dari Grego dan Ipon. Nampaknya dua serigala itu kehilangan jejak Tommy. Mereka lalu pergi menghilang di kegelapan malam. Setelah berlari cukup jauh Tommy berhenti untuk mengamati sekitarnya. Malam itu sangat sepi. Ia ingat Eggi teman barunya. Bergegas ia berlari menuju tempat pertemuan tadi. Ia berjalan penuh hati-hati.
Mata Tommy menyapu tempat pertemuan tadi. Tommy berjalan berkeliling sambil mengendus-endus, akan tetapi Eggi tidak kunjung dia temukan hingga semburat jingga di ufuk timur Tommy tertidur kelelahan.
Mentari pagi bersinar dengan terangnya menghangatkan suasana hutan. Tommy masih tertidur setelah semalaman kejar-kejaran dengan serigala. Akhirnya Tommy terbangun setelah Eggi bergerak-gerak di bawah tubuh Tommy. Ternyata Eggi tidur melingkar di bawah tubuh Tommy. Tommy sangat senang dan mereka pun bermain bersama. Selesai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.