Lembah Sungai Kuning dan Peradaban Asia Timur
Olahraga | 2021-04-25 03:23:26Peradaban Cina kuno merupakan salah satu peradaban tertua di dunia. Sejak masa prasejarah sampai sekarang, peradaban Cina ini mampu bertahan dan terus berkembang. Peradaban ini berkembang sejak 5.000 Sebelum Masehi (SM) dan merupakan sejarah tertua di Cina. Tahukah anda dimanakah peradaban Cina tertua tersebut berada?
Peradaban Lembah Sungai Kuning di sanalah peradaban tertua bangsa Cina dan merupakan salah satu pelopor dari kebudayaan di dunia. Peradaban ini muncul di Lembah Sungai Kuning, sungai yang panjangnya 5.464 km dan luasnya yang mencapai 3.00.000 km² merupakan sungai terpanjang di Cina.
Lembah Sungai Kuning disebut juga Hwang Ho dan sekarang disebut Hwang He. Mengapa Sungai Hwang Ho disebut Sungai Kuning? Karena sungai tersebut membawa lumpur kuning sepanjang alirannya. Sungai ini bersumber dari pegunungan Kwen-Lun di Tibet (dataran tinggi tertinggi di dunia dan dan merupakan sumber sungai utama di Asia) yang mengalir melalui daerah pegunungan Cina Utara dengan iklim basah yang dingin berpadu dengan tanah yang membeku sehingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning.
Dalam sejarah, Wolfram Ebehard dam buku “A History of China" memberikan informasi bahwa Sungai Kuning tersebut menjadi penghambat terhadap aktivitas keseharian masyarakat, karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es itu mulai mencair di musim semi dan berbaur dengan hujan akan menyebabkan terjadinya banjir dan air bah. Kesulitan yang dihadapi masyarakat tersebut mendorongnya berfikir untuk mengatasi masalah yang terjadi, yaitu dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut.
Namun, Sungai Kuning juga membawa manfaat bagi masyarakat Cina, airnya digunakan untuk mengairi lahan kering di dataran utara. Seperti yang ditunjukkan pepatah Cina: "Sungai Kuning mendatangkan seratus kesedihan tetapi ada kemakmuran di tikungannya". Sungai Kuning mengalir seluruhnya diperbatasan Cina dan banyak aspek kehidupan Cina yang terlihat berbeda.
Pada bagian hilir Lembah Sungai Kuning, terdapat dataran rendah yang subur yang merupakan pusat kehidupan bangsa Cina. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal.
Kim Dramer dalam buku The Yellow River memberikan informasi mengenai bangsa Cina. Bangsa Cina kuno telah mengungkap bahwa awal mula peradaban Cina yaitu di Lembah Sungai Wei (anak sungai terbesar di Sungai Kuning) dimana Sungai Kuning dan Sungai Wei bertemu. Di daerah ini, orang Cina kuno berubah dari masyarakat keliling yang berburu dan mengumpulkan makanan menjadi komunitas menetap yang bercocok tanam. Dan perubahan budaya bergantung pada perairan di Sungai Kuning.
Dengan kadar tanah yang subur, menurut Resmiyati Yunus, penulis buku "Jendela Peristiwa di Kawasan Asia Timur", bangsa Cina umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung dan kedelai. Kegiatan pertanian Cina kuno memang sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (5.000 SM) dan tanaman pangan utamanya adalah padi. Para petani di dataran utara menggunakan air Sungai Kuning untuk mengairi sawah mereka.
Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat ketika pemerintah Dinasti Qin (201-206 SM). Dimasa itu, masyarakat Cina telah menerapkan sistem pertanian yang intensif dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum.
Peradaban Cina tidak dapat dilepaskan dari Lembah Sungai Kuning. Sebagaimana peradaban-peradaban kuno lainnya, sungai menjadi induk bermulanya peradaban dibangun. Berbagai aktivitas seperti yang sudah disebutkan, menjadi cikal bakal bagi perkembangan peradaban Cina kuno yang terus berlanjut di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Dramer, Kim. The Yellow River. 2001. New York : Franklin Watts.
Ebehard, Wolfram. 2004. A History of China. A Project Gutenberg EBook. Produced by Juliet Sutherland, Gene Smethers and PG Distributed Proofreaders.
Yunus, Resmiyati. 2013. Jendela Peristiwa di Kawasan Asia Timur. Yogyakarta: Intervena.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.