Di Tengah Lagu Kiss Me, Harus Wawancara Menlu
Curhat | 2021-04-19 23:23:07Pertama Kalinya Wawancara Langsung Menlu RI Perempuan Pertama awalnya mati rasa sangking geroginya, tapi setelah salam, dan berbincang, beliau sangat bisa membawa suasana. Daebak!
Saya memang sudah siap betul untuk bertemu Menteri Luar Negeri (Menlu) RI dalam wawancara eksklusif di akhir masa jabatan lima tahun beliau Oktober lalu. Jadwal, waktu, hingga tempat wawancara juga sudah saya perhitungkan. Pada jam kerja tentunya, dan di kantor beliau, Kementerian Luar Negeri RI di Pejambon, Jakarta Pusat.
Waktu itu malam minggu, malam yang saya biasa ngamen di kafe-kafe. Selingan kalau-kalau jenuh menulis berita, saya suka bernyanyi menemani khalayak ramai yang tengah menikmati makan malam di kafe, restoran. Jika tidak adapun, saya kerap meminta adik saya memainkan pianonya mengiringi saya melepas keluh seharian dengan nada-nada yang pastinya alto.
Kala itu, saya sedang mengamen dengan teman kantor saya, Bang Kamran Dikarma. Smartphone saya tentu berguna untuk melihat lirik lagu yang tidak begitu dihapal. Saat lagu Kiss Me dari Sixpence None The Ritcher melantun, ada WhatsApp dari Bang Sammy, koordinator laman international di Republika.
"Fergi, besok bu Menlu bisa wawancara di Ancol, ya, jam 9," demikian kata dia meneruskan pesan Bapak Pimpinan Redaksi Republika Irfan Juneidi.
Mengingat, pak Irfan adalah salah satu teman kuliah bu Menlu, jadi singkat cerita Pak Irfan WhatsApp langsung bu Menlu untuk diberikan kesempatan reporternya wawancara, soal tempat dan waktu, ya terserah mengikuti jadwal ibu Menlu.
Mungkin bu Menlu tak punya banyak waktu ya. Sebab, dua pekan saya buat janji ke tim Biro Dukungan Strategis Pimpinan (BDSP), tidak ada waktu yang tepat. Sementara hasil wawancara beliau harus tayang di pekan ketiga setelah buat janji tersebut.
Bu Menlu memilih waktu wawancara sebelum acara Kagama, acara tahuan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) di Ancol, Jakarta Utara. Waktu itu saya sedang nyanyin di daerah Jagakarsa, dan harus bermalam di tempat kakak saya di Kemang karena kalau untuk pulang ke Bekasi, sudah tidak mungkin.
Persiapan saya minim sekali, bahkan kemeja atau batik rapih dan setelan rapih tak bawa. Saya pakai baju manggung semalam berwarna hitam untuk menutupi kesan hanya kaos semata. Keberangkatan tadinya akan berbarengan dengan anak Video Republika naik mobil kantor, oleh sebab suatu hal, saya hanya naik motor ditemani satu anak video, sebab waktu sudah sangat mepet harus jam 9 sampai Ancol dari Pejaten.
Terima kasih teruntuk M Rizky Triana alias Mangki yang udah ngojekin gw sampe Ancol dan balik lahi dengan selamat!!!
Pake Salah Gedung!
Waktu mepet abiz! Ternyata perjalanan Pejaten - Ancol memerlukan waktu lama Sesampainya di Ancol, oleh sebab kurangnya koordinasi, Bu Menlu tidak jadi di shoot oleh tim video Republika. Padahal Mangki sudah bersama saya. Alhasil saya sendiri dengan satu anak fotografi, Bang Prayogi yang berkesempatan bertemu Bu Menlu.
Di ruang tunggu Ocean Ecopark atau Ecovention saya harusnya wawancara. Namun karena terlalu gelisah, cemas, dan terburu buru saya tibanya di Ecopark Allianz, wahana bermai perahu. Bukan hall yang katanya ada acara Kagama.
Pak Rizal, kaki tangan Bu Menlu, telpon saya, "Mba? Di mana? Bu Menlu sudah mau sampai," tanya dia serius.
Saya pun panik, "Tepatnya di mana, ya pak? Saya sudah di Ecopark"
Bukan di Ecopark mba, tapi di Ecovention, saya share loc deh ya," kata dia.
Saya panik bertanya pada satpam sekitar, saat itu saya sudah berpisah sama Mangki, dia menunggu saya di suatu tempat yang jauh dr Ecopark maupun Ecovention, tapi masih sekitar Ancol juga sih. Salah seorang satpam iba melihat saya yang panik tapi santai, (mana ada panik tapi santai woi) dan akhirnya sang malaikat itu mau mengantarkan saya dengan motor pribadnya ke Ecovention.
Ketika samapai di Ecovention saya pun langsung bertemu pak Rizal dan digiring ke ruang tunggu Ecovention yang berada di sisi kanan gedung utama. Di sana sudah sangat ramai para alumni UGM berbaju putih. Seperti lautan putih saat itu dalam ingatan saya.
Tidak lama menunggu, bu Menlu tiba. Sosok itu melangkah dengan jejak cepat namun mantap dan tenang memasuki sebuah ruang tunggu kantor Ecovention, Ancol, Jakarta Utara. Langkahnya disertai sneakers putih yang selaras dengan baju yang nampak padu dengan jeans biru. Di pergelangan tangannya, melingkar jam tangan klasik berwarna putih disertai kacamata trendy berbingkai hitam yang membuat sosoknya tampak modis, njawani dan ramah.
Wanita inspirasi bangsa, yang juga ibu dari dua orang anak, terus saja tampak prima di usianya yang menginjak 57 tahun. Retno Lestari Priansari Marsudi atau yang lebih dikenal dengan Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. Menteri yang pandai bergaya modis dengan gaya khas kasualnya ini adalah salah satu srikandi terbaik dalam kabinet Indonesia Kerja dalam masa jabatan tahun 2014-2019.
"Mas Irfan WhatsApp saya, yawis ayo deh wawancara sebelum acara ini. Minggu Minggu gini ya gapapa," kata dia.
Wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 27 November 1962 ini menyempatkan wawancara khusus dengan Republika sebelum ia menghadiri acara tahunan Kagama dengan para alumni almamaternya dulu, UGM. Pendidikan dasar hingga menengah dikenyamnya di Semarang. Kemudian ia melanjutkan pendidikan tinggi pada jurusan Hubungan Internasional di Fisip UGM, Yogyakarta. Setahun menjelang selesai kuliah, Retno lolos seleksi beasiswa dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Retno memperoleh beasiswa setahun dan lulus kuliah langsung direkrut oleh Kemenlu. Pada usia 30 tahun, kariernya dimulai dengan menjadi diplomat. Dengan santainya, ia duduk, kemudian membuka sejumlah catatan untuk dibagikan ke Republika.
Kurang lebih satu jam wawancara bu Menlu harus cepat bergegas ke acara Kagama, karena sepertinya teman-teman alumnusnya tak sabar menunggu dia. Sebelum berkahir, tentu kami menyempatkan foto berdua. Katanya sih mirip, amin dulu deh ya. Semoga semangat, inspirasi dan integritasnya juga mirip.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.