Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dapoer Zam Zam

ADA DAPUR UMUM G30S/PKI DI MONUMEN PANCASILA SAKTI

Sejarah | 2022-04-13 14:14:40
Monumen 7 Jenderal Pahlawan Revolusi melawan brutalnya G30S/PKI

Sudah lama si kecil ribut minta jalan-jalan ke Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta.

Alhasil, begitu sampai di gerbang pintu masuknya yang tinggi dan megah berwarna hitam, mobil kami sudah disetop oleh seorang anggota TNI.

“Maaf ibu, masih tutup. Pandemi.” terang anggota TNI tersebut dengan tegas namun masih tersirat sopan.

“Tuh, kan de’. Bunda bilang juga masih tutup. Nanti aja lagi kita kesini ya, kalau sudah selesai covid-nya. Gimana ?”

Dengan wajah kecewa karena sudah tanggung ada di halaman monumen, ia pun ngangguk-angguk setuju.

Rumah tempat Dapur Umum
Plang Dapur Umum

6 bulan berlalu .

Persis hari Jumat pagi tadi, kita coba datang lagi.

Alhamdulillaaaah udah buka :)

Di gerbang yang sama, kami membayar tiket resmi Rp 5.000.-/orang. Mendapat 1 booklet berisi peta lokasi dan ringkasan sejarah Pemberontakan PKI yang dimulai sejak tahun 1945.

Dari booklet ini kita mendapat gambaran cepat tentang pola PKI mewujudkan cita-citanya, yaitu:

1. Menyusup ke dalam ormas & organisasi pemuda dan struktur pemerintahan

2. Menebarkan fitnah

3. Mengadu domba antar kekuatan bersenjata

4. Sabotase ekonomi

5. Pembunuhan keji kepada siapa saja yang dianggap menghalangi cita-citanya, antara lain: para Ulama, santri, anggota TNI, Polisi, hingga pemuka masyarakat setempat

Dari booklet ini juga, kita jadi paham kalo PKI itu rupanya sangat benci dengan ABRI ! (pada waktu itu TNI dan POLRI masih jadi satu).

“Kenapa ?”

Karena ABRI selalu berhasil membendung pengaruh PKI ke rakyat.

“Ooo..Subhanallah. Mungkin ini yang namanya dendam kesumat, hingga tega melempar para Jenderal revolusi ke sumur.”

Keji dan tak berperikemanusiaan sekali.

(Bagaimana cara terbaik nyeritain ke ade’ ya ???)

“Ayo bunda, kita ke rumah itu”, rengek si-Ade’, membuyarkan pikiranku.

Luas monumen ini 15 hektar. Lokasi kunjungan pertama kami adalah sebuah lubang sumur yang menjadi lokasi penimbunan jasad tujuh Jenderal Pahlawan Revolusi korban kebiadaban PKI waktu tahun tersebut.

Lalu kami berjalan menyusuri taman yang rindang, menuju ke teras depan sebuah rumah sederhana yang tampak asri.

Berhubung masih jam 9 pagi, baru kami yang menjadi pengunjung tunggal di monumen itu.

Sinar mentari sedang memancar terik dan indah di atas langit. Kami asyik melangkah berdua. Namun entah kenapa auranya terasa agak mistis saat mendekati rumah berbilik bambu itu.

Tiba-tiba angin bertiup kencang, menggoyahkan dedaunan kamboja yang berada di sekitaran rumah yang akan kami datangi. Seketika suhu udara menjadi sejuk di tubuh kami. Padahal tidak ada AC besar diatas langit sana :) MasyaaAllah

Begitu tiba di depan teras, ada plang bertuliskan DAPUR UMUM.

Di bagian bawahnya ada teks penjelas, begini isinya:

RUMAH INI PADA TANGGAL 1 OKTOBER 1965, DIGUNAKAN SEBAGAI DAPUR UMUM BAGI ANGGOTA PASUKAN PEMBERONTAK G 30 S/PKI.

“Wah, rupanya ada tim masak-masak juga ini.” gumamku.

Kami beranikan untuk masuk dari mulai teras hingga ke bagian belakang rumah. Terlihat masih ada sisa peninggalan pengorengan dan tong berukuran besar untuk kegiatan masak. Ada juga peninggalan tempat tidur dan kursi-kursi tua jaman dulu.

Sisa peninggalan di dapur umum
Sisa peninggalan di dapur umum

Penasaran dengan sejarah Rumah Dapur Umum ini, aku membuka lagi booklet. Isinya begini:

DAPUR UMUM

Rumah milik ibu Amroh ini digunakan oleh PKI sebagai tempat penyediaan konsumsi gerombolan G 30 S/PKI di Lubang Buaya. Sebelum PKI menguasai desa Lubang Buaya mereka mengadakan pendekatan terlebih dahulu terhadap penduduk.

PKI memerintahkan para penduduk mengungsi untuk sementara, dengan alasan bahwa sekitar wilayah ini akan diadakan latihan militer.

Kira-kira tiga hari sebelum peristiwa G 30 S/ PKI Meletus, ibu Amroh yang sehari-hari sebagai pedagang pakaian keliling meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan tanpa menerima uang saku sepeserpun.

Mereka menuruti segala kemauan PKI karena dijanjikan atas keamanan rumah dan isinya. Walaupun akhirnya mereka tahu bahwa mereka dibohongi oleh PKI.

Setelah mengungsi beberapa hari ke tempat sanak keluarga, para penduduk kembali ke Lubang Buaya atas saran dari pamong desa tempat mengungsi.

Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat keadaan rumah berantakan. Sebagian perabot hilang, sebagian lagi tercecer di halaman dan kebun. ****

Booklet aku tutup...

“Rupanya bangunan Dapur Umum ini rumah milik ibu Amroh. Lalu ibu Amroh kena 'prank' alias dibohongi rupanya sama gerombolan PKI,” gumamku lagi sambil menarik kesimpulan.

Astaghfirullah

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

"A'udzu bikalimatillahi taammati min syarri maa khalaq."

"Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan ciptaan-Nya,”

Maret 2022,

Dapoer Zam Zam

Diorama kekejaman PKI di Monumen Pancasila Sakti
Diorama kekejaman PKI di Monumen Pancasila Sakti
Rumah yang menjadi Pos Komando G30S/PKI

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image