Seribu Pelayan di Sekitar Ka'bah
Agama | 2021-04-12 11:37:51OLEH NUR HASAN MURTIAJI
Hijau warna baju mereka. Di antara ribuan jamaah yang hilir mudik di area Masjidil Haram, tak susah menemukan mereka. Apalagi, ada ciri khas yang melekat; hanya bisa ditemui di area dalam Masjidil Haram.
Ciri khas lain, mereka selalu berada di pinggiran jalan atau sudut-sudut bangunan Masjidil Haram. Sapu dan kain pel selalu menyertai mereka. Di antara para office boy berbaju hijau ini, dua orang kami temui berasal dari Banten. Wajah mereka juga khas wajah Indonesia.
Ibnu (20 tahun) mengaku dikontrak dua tahun dan bisa diperpanjang jika kinerjanya memuaskan. Tugasnya menyapu lantai Masjidil Haram dari kotoran yang ditinggalkan jamaah. Kalau saya sudah 1,5 tahun jalan di sini, kata Ibnu dengan logat khas Bantennya.
Kendati baru setahun lewat, Ibnu sudah cukup paham lekak-lekuk lorong maupun ruangan Masjidil Haram. Bercakap dalam bahasa Arab pun lumayan fasih. Saya belajar bahasa Arab pas di sini saja, kata Ibnu yang berangkat ke Saudi melalui perusahaan pengerah jasa Tenaga Kerja Indonesia.
Dalam sebulan, Ibnu digaji 700 riyal (sekitar 2,1 juta rupiah). Kendaraan antarjemput disiapkan untuk mengangkut mereka dari mes tempat menginap menuju tempat kerja di Masjidil Haram. Butuh waktu 20 menit untuk sampai Masjidil Haram.
Sehari, Ibnu bekerja selama delapan jam. Dalam seminggu, sehari dia dijatah libur. Jika jamaah ramai sehingga harus bekerja lebih dari masa waktu yang ditentukan, Ibnu mendapatkan tip atau uang tambahan. Tip itu dibayar per jam.
Ibnu mengungkapkan, jumlah petugas di Masjidil Haram asal Indonesia tidaklah sedikit. Yang jadi petugas banyak, bisa seribuan, katanya.
Lain lagi cerita Endin Wahyudin (25 tahun). Kolega Ibnu ini sudah 1,5 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan di Masjidil Haram. Selama di perantauan, Endin yang lulusan sekolah dasar ini bersyukur ditempatkan di Masjidil Haram. Saya bisa bekerja sambil ibadah, kata Endin.
Selama menjadi petugas kebersihan, sudah sekali naik haji dan setiap libur berangkat umrah dan tawaf sunah. Di sela-sela bertugas, Endin semaksimal mungkin membantu jamaah haji Indonesia yang tersesat jalan atau terlepas dari rombongan. Sering kali dia membantu mengarahkan jamaah ke pintu-pintu keluar tempat jamaah haji Indonesia mau pulang ke pemondokan.
Bila Ibnu dan Endin berbaju hijau, tidak demikian dengan Rafei (31 tahun) yang berbaju biru lengan panjang. Saat ditemui, Rafei hendak membersihkan kambal di ruangan Kepala Keamanan Masjidil Haram Brigjen Yahya bin Musa'id az-Zahrani.
Beda warna baju, beda pula bidang kerjanya. Rafei bertugas di gudang reparasi peralatan dan perlengkapan Masjidil Haram yang rusak. Dia baru sembilan bulan bekerja di Masjidil Haram. Di sela tugas, Rafei berusaha membantu jamaah haji Indonesia yang tersesat arah. Apalagi, kebanyakan yang kesasar berusia uzur. Saya jadi ingat orang tua di kampung, kata Rafei.
Bagaimana dengan pengalaman mencium Hajar Aswad? Rafei mengaku, jumlahnya sudah lupa karena terlalu sering. Inilah berkahnya menjadi pelayan di Masjidil Haram.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.