Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nandan Gilang Cempaka

Review Film: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. (Spoiler)

Info Terkini | Sunday, 10 Apr 2022, 12:49 WIB
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas merupakan film karya sutadara Edwin, sutradara film Aruna dan Lidahnya (2018). Film ini adaptasi dari buku dengan judul sama penulis Eka Kurniawan. Saya adalah salah satu pengagum berat buku karya Eka Kurniawan. Termasuk buku ini saya sudah baca. Eka Kurniawan juga berkontribusi dalam penulisan naskah film ini bersama dengan Edwin.

Adegan awal film ini sudah disuguhkan adegan dewasa antara Ajo Kawir dan Mak Jerot serta pertarungan di tempat billiard. Kemudian peetarungan sengit antara Ajo Kawir dan Iteung. Ajo Kawir merupakan orang yang tak takut siapapun namun memiliki masalah pada kelaminnya yaitu impoten. Iteung merupakan bodyguard dari Pak Lebe (musuh Ajo Kawir) yang pintar bela diri. Keduanya Ajo Kawir dan Iteung jatuh cinta setelah baku hantam hebat tadi. Ajo Kawir sempat ingin mundur dari rasa cintanya kepada Iteung karena masalah impotensinya, namun Iteung menyakinkan Ajo Kawir, sampai akhirnya mereka menikah.

Film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas menampilkan banyak adegan dewasa yang ditampilkan serta aksi atau perkelahian yang ciamik. Semuanya terbungkus dengan sempurna. Adegan antara Iteung dan Budi Baik yang berkelahi dan melakukan hubungan dewasa sangatlah nyata dan begitu menjiwai.

Akting setiap aktor sangatlah bagus. Terasa begitu natural dan nyata. Contohnya pada Budi Baik yang peringainya berkebalikan dengan namanya. Dia memanfaatkan masa lalu Iteung untuk kepuasan seksnya. Pria bejat seperti Budi Baik banyak ditemukan di berita-berita kriminal saat ini.

Film ini mengambil latar tahun 1980-an. Bisa dilihat dari penggunaan bahasa baku dan baju-baju mereka a la tahun 1980-an. Rambut Iteung yang kriting mengembang merupakan trend tahun 1980-an. Bahasa baku yang digunakan juga terasa tidak dipaksakan dan nyaman, begitu mengalir sampai habis film.

Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menggali banyak isu diantaranya isu kekerasan seksual, maskulinitas toksik, hingga penyalahgunaan kekuasaan. Kekerasan seksual terjadi pada Iteung waktu sekolah yang menyebabkan tidak bisa menahan birahi seksualnya saat dewasa. Kasus Iteung menyentil kekerasan seksual di dunia pendidikan yang akhir-akhir ini juga lagi banyak terjadi. Maskulinitas toksik terlihat pada jargon bahwa lelaki harus kuat dan macho. Selain itu, Penyalahgunaan kekuasaan seperti pada karakter Paman Gembul dengan mudahnya melenyapkan setiap orang yang ia tidak sukai. Contoh lainnya pada Rona Merah yang diperkosa oleh penguasa.

Perbandingan antara film dan buku, perbedaannya terletak pada alur cerita. Alur cerita di buku alur maju dan mundur sedangkan di film alur dibuat lebih sederhana. Dari segi bahasa juga. Bahasa novel lebih liar dibanding bahasa film yang lebih halus. Terlepas dari perbedaannya, esensi dari film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tidaklah hilang digarap Edwin. Semoga banyak film yang bagus seperti ini nantinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image