Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Restioningsih

Perhatian Bapak

Sastra | Sunday, 10 Apr 2022, 10:05 WIB

“Sudah sampai di mana, Ning?” tanya Bapak lewat telepon seluler. Aku pun menjawab sesuai lokasi yang sedang aku lalui. Itulah yang selalu Bapak lakukan kalau aku dengan suami dan anak-anakku sedang dalam perjalanan pulang kampung ke Tegal menjelang Hari Raya Lebaran. Setiap menunggu kepulanganku bersama suami dan anak- anakku, Bapak memang selalu meng-update perjalananku. Apalagi kalau kondisi jalan yang macet, Bapak pasti sering sekali menghubungi aku untuk memantau perjalananku.

“Gimana? Macet nggak? Anak-anak gimana? Ya udah, pelan-pelan aja.”

Kata-kata seperti itu yang selalu disampaikan Bapak di ujung telepon. Bapak selalu duduk di teras setiap menunggu aku datang dari Jakarta bersama suami dan anak-anakku.

Suatu ketika, saat aku pulang kampung sendiri untuk menjenguk Mama yang baru sembuh dari sakit, seperti biasa Bapak memantau perjalananku. Bapak sudah bersiap-siap untuk menjemputku. Waktu itu aku menggunakan kereta api ke Tegal. Meski kesehatan Bapak tidak begitu baik, Bapak masih suka bepergian dengan sepeda motor. Bapak memang luar biasa. Bapak selalu saja bisa diandalkan.

“Kamu sudah sampai stasiun apa belum? Ini Bapak sudah ada di Slawi. Bapak nunggu di pangkalan angkot. Nanti kamu naik angkot saja dari stasiun Tegal.”

“Iya, Pak. Ini sebentar lagi sampai.”

Sampai di Slawi, aku di sambut Bapak.

“Itu yang digantung apa, pak?” tanyaku melihat bungkusan di gantungan motor.

“Oh, itu sate jamur.”

“Sate jamur?”

“Iya, sate jamur merang. Enak loh. Kamu belum pernah makan kan? Bapak sengaja beli buat kamu.”

“Iya, aku belum pernah makan sate jamur. Memangnya beli di mana?” tanyaku.

“Beli di Slawi Kulon, dekat Rumah Sakit dr. Soesilo,” jawabnya.

“Tadi sebelum nunggu kamu, Bapak ke sana dulu untuk beli. Satenya laris banget, jadi kalau tidak buru-buru bisa kehabisan,” cerita Bapak kepadaku dalam perjalanan dari Slawi menuju ke rumah.

Sampai di rumah, aku langsung mencoba sate jamur yang dibeli Bapak.

“Gimana rasanya, enak, kan?” tanya Bapak.

“Iya, enak banget, Pak. Aku baru tahu sate jamur rasanya lebih enak daripada sate kambing atau sate ayam,” lanjutku.

“Kalau suka, besok Bapak belikan lagi,” kata Bapak.

“Iya, Pak.”

Begitulah Bapak, selalu saja berusaha menyenangkan hati anak-anaknya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

(Kini perhatian itu sudah tak aku rasakan lagi. Aku kangen sate jamur merang, Pak. Semoga Bapak tenang di alam sana.)

(Cerita ini terdapat dalam buku "Kuletakkan Rindu di Bawah Kamboja", 2019)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image