Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Sejak Dahulu Kala Sudah Ada Pejabat Yang Pandai Berdebat, Tak Bekerja Untuk Rakyat

Agama | Sunday, 10 Apr 2022, 05:36 WIB

Karena banyaknya pekerjaan yang harus ia lakukan, dengan seizin khalifah, Ahmad bin Abi Khalid, salah seorang menteri di pemerintahan Khalifah Al Ma’mun mengangkat Yahya bin Aktsam, seorang hakim terkenal, sebagai wakilnya. Namun tak dinyana, kepopuleran Yahya bin Aktsam di masyarakat mengalahkan kepopuleran sang menteri. Masyarakat lebih mengenal wakil menteri daripada menterinya.

Lebih dari itu, sang wakil menteri ini sering melakukan kegiatan dan mengambil keputusan tanpa berkoordinasi dengan sang menteri. Ia pun ternyata lebih akrab dengan khalifah daripada menteri Ahmad bin Abi Khalid.

Berkali-kali sang menteri menegur wakilnya agar tidak selalu melakukan kegiatan tanpa berkoordinasi dengan dirinya. Namun, sang wakil menteri begitu bebal. Ia tak mau mendengar celotehan sang menteri yang ia wakili. Perdebatan pun sering terjadi.

Kondisi tersebut telah sampai beritanya kepada khalifah Al Ma’mun, namun ia belum memberikan tindakan apapun. Sang khalifah seolah-olah membiarkan mereka melakukan perdebatan dan membuat polemik di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya kepentingan rakyat yang harus mereka urus menjadi terbengkalai.

Suatu ketika, Akhmad bin Khalid menemui khalifah Al Ma’mun di kantor kekhalifahan. Petugas protokol mempersilakannya untuk menunggu karena sang khalifah sedang menerima tamu lainnya.

Tak berselang lama, sang menteri dipersilakan masuk menemui khalifah Al Ma’mun. Setelah memberi salam hormat kepada khalifah, ia berdiri tepat di depan khalifah. Entah mengapa, sang khalifah tak mempersilakannya duduk. Karena tak dipersilakan duduk, ia pun menyampaikan maksud kedatangannya sambil berdiri. Sementara sang khalifah tetap duduk di mahligainya.

Ketika, ia tengah menguraikan maksud kedatangannya, tiba-tiba sang wakil menteri, Yahya bin Aktsam, masuk ruangan kerja khalifah yang tengah berbicara dengannya. Ia merasa heran sekali, ketika dirinya datang, petugas protokol kekhalifahan, menyuruh dirinya untuk menunggu karena khalifah sedang menerima tamu. Namun, ketika giliran dirinya berada di ruangan khalifah, para tamu lainnya begitu dibebaskan masuk ke ruangan kerja khalifah.

Selain merasa heran, sang menteri pun merasa terganggu dengan kedatangan wakilnya. Lebih heran lagi, ketika wakilnya tersebut datang, ia langsung dipersilakan duduk disamping khalifah. Sementara dirinya yang sudah lebih dahulu menghadap khalifah, tak dipersilakannya duduk. Perasaan heran pun memenuhi benaknya. Ia ingin sekali menumpahkan rasa marahnya kepada wakilnya, namun ia mencoba mengendalikannya.

Namun demikian, rasa marahnya tak terbendung. Terlebih-lebih ketika khalifah tidak lagi memperhatikan pembicaraannya. Ia malah lebih asyik mendengarkan pembicaraan yang disampaikan wakilnya. Khalifah nampak lebih tertarik dengan pembicaraan sang wakil menteri.

“Wahai Amirul Mu’minin , seperti Anda ketahui, Yahya bin Aktsam ini selain sahabatku, juga merupakan wakilku. Ia telah saya beri kepercayaan mengurusi sebagian tugas atau pekerjaan yang Anda berikan kepadaku. Tetapi, sungguh ia telah merubah terhadap segala apa yang saya percayakan kepadanya.” Demikian kata sang menteri Ahmad bin Abi Khalid. Ia seolah-olah memprotes perlakuan khalifah yang berlebihan memperlakukan sang wakilnya.

Mendengar protes menterinya tersebut, khalifah Al Ma’mun berkata, “Sungguh kerusakan raja-raja itu bermula dari rusaknya orang-orang yang paling dekat dengan pusaran kekuasaannya. Sudah lama aku mendengar perilaku kalian. Ada apa dengan kalian? Mengapa kalian saling membenci dan kalian berdua tidak saling berbuat adil terhadap yang lain di sisiku?”

Saling tuduh dan saling bantah antara menteri dan wakilnya tak terelakan. Mereka saling membela diri. Masing-masing dari mereka berdua merasa paling benar dan merasa paling banyak berkarya untuk kelangsungan pemerintahan khalifah Al Ma’mun.

Yahya bin Aktsam membantah atas segala apa yang disampaikan atasannya. “Wahai khalifah, demi Alah! Menteri Ahmad bin Abi Khalid sangat mengetahui tentang saya lebih banyak dari sekedar yang ia terangkan kepada Anda.”

“Lalu? Tanya khalifah kepada Yahya bin Aktsam yang terhenti berbicara karena terus-terusan didebat dan dibantah sang menteri.

“Aku sangat menyadari sebagai wakil menteri Ahmad bin Abi Khalid, akan tetapi, ketika ia mengetahui aku adalah orang yang sangat dekat Anda, dia merasa iri dan ketakutan jika pada suatu hari aku mengusulkan kepada Anda untuk mendepaknya dari kursi menteri. Dia merasa takut, jika kelak aku menjadi penggantinya. Khalifah jangan merasa heran jika ia banyak mengeluarkan kata-kata yang menyudutkan tugas dan keberadaanku.” Lanjut Yahya bin Aktsam.

Perdebatan dan saling bantah berlangsung sengit, padahal mereka tengah berada di depan khalifah sebagai atasannya. Khalifah merasa heran dan menggeleng-gelengkan kepala mendengar perdebatan yang dilakukan para pembantunya.

Ia merasa heran dengan para pembantunya yang hanya piawai berdebat dan membuat polemik. Mengapa mereka tidak piawai dalam menyelesaikan masalah, melakukan karya nyata, dan berjuang menyejahterakan umat? (kisah ini diadaptasi dari kitab “al Ajwibatul Muskitah karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, halaman 180).

Ilustrasi : Debat (sumber gambar : https://republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image