Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image HeryWibowo

Membudayakan Aktivitas Penelitian pada Generasi Muda

Eduaksi | Saturday, 09 Apr 2022, 21:17 WIB

 

Kebutuhan akan generasi mendatang yang mampu berpikir kreatif, inoavtif sekalifus solutif semakin tidak dapat ditawar lagi. Berkaca pada konteks hari ini, jelas Indonesia perlu memiliki sejumlah terobosan inovatif, berbasis hasil penelitian yang komprehensif. Diperlukan aksi-aksi heroik, berbasis data dan informasi yang akurat, sehingga mampu menghasilkan manfaat serta maslahat maksimal bagi masyarakat.

Namun demikian, melihat model pendidikan dan atmosfir penelitian Indonesia, rasanya masih jauh panggang dari api. Minat generasi muda untuk -jangankan meneliti- untuk membaca dan menulis saja masih sangat minim. Untuk pengerjaan tugas sekolah ataupun kuliah, (tidak jarang terdengar) masih banyak yang mengandalkan startegi copy paste. Gairah untuk menemukan, menciptakan dan menyampaikan gagasan baru masih sangat minim. Keengganan untuk menjelajahi litertur dan membangun kerangka pemikiran berbasis teori masih sangat terbatas. Diperlukan lebih dari sekedar daya dorong internal untuk memacu gairah meneliti. Artinya perlu diciptakan sebuah iklim atau jika perlu sebuah kebijakan untuk menstimulasi lahirnya banyak karya penelitian. Atau, dengan kata lain, perlu dibangun budaya ataupun tradisi penelitian.

Ini, adalah budaya ataupun kebiasaan baru dimana antar individu (diharapkan) terbiasa untuk melakukan pengamatan intensif terhadap lingkungan sekitarnya. Ini adalah (salah satu) bentuk empati ataupun kepedulian terhadap situasi yang ada di sekitar. Membudayakan penelitian, adalah berarti juga mendorong generasi muda untuk lebih peka dan sensitif terhadap lingkungan sekitar, untuk selanjutnya dilakukan pengamatan lebih dalam dan dikaji secara konseptual serta teoritis.

Keterampilan lunak yang terbangun

Membudayakan melakukan penelitian yang baik, sistematis dan berkelanjutan dari sejakn dini, akan melahirkan banyak manfaat, diantaranya adalah penumbuhan keterampilan lunak bagi para pelakunya. Softskill (keterampilan lunak) yang dapat dibangun dari sebuah aktivitas penelitian sangat lengkap, mulai dari keterampilan mengobservasi, memetakan masalah atau kondisi, menganalisis situasi, mengkonversi gagasan dalam bentuk tulisan dan lain-lain. Belum lagi jika aktivitas tersebut dilakukan bersama2, maka akan ada bonus softskill kepemimpinan, kerjasama, adaptasi kerja, komunikasi dan lain-lain.

Maka, sekali lagi, mendorong generasi muda untuk sedini mungkin membangun aktivitas penelitian dapat memberikan sejuta manfaat, khususnya bagi mereka sendiri dan umumnya bagi bangsa Indonesia. Untuk memanen hasil maksimal dari budaya penelitian, tentu tidak tiba-tiba. Diperlukan proses pembibitan yang tekun, proses penanaman yang hati-hati serta aksi memanen hasil yang mengedepankan nilai-nilai keilmuan. Sungguh sebuah investasi yang tidak mudah, namun sangat perlu dijadikan arus utama.

Penguatan Kapasitas Penelitian

Seperti dilansir dari laman guidelines.kaowarsom.be, -(dengan terjemahan bebas), Kapasitas penelitian adalah kemampuan untuk mendefinisikan masalah, menetapkan tujuan dan prioritas, melakukan penelitian ilmiah yang baik, membangun lembaga yang berkelanjutan, dan mengidentifikasi solusi untuk masalah utama (nasional). Definisi ini mencakup kapasitas penelitian di tingkat individu, kelompok penelitian, lembaga dan negara. Sehingga, penguatan kapasitas penelitian, dalam hal ini adalah proses dimana individu, lembaga dan masyarakat mengembangkan kemampuan – secara individu dan kolektif – untuk melakukan penelitian secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Ini adalah proses penting yang perlu dipertahankan dan dikembangkan. Penguatan kapasitas penelitian, adalah hal penting dan wajib untuk dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Generasi muda, perlu selalu didorong untuk mengenal dan terbiasa dengan proses ilmiah, logis, terukur serta dapat dipertanggungjawabkan. Tidak mudah memang, namun juga bukan tidak mungkin (bersambung)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image