Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sri Restioningsih

Kepolosan Ezra

Sastra | Saturday, 09 Apr 2022, 14:00 WIB

Ezra benar-benar naksir Chacha tapi tidak berani menegur apalagi nembak untuk menyatakan suka ke Chacha. Jangankan menegur, melihat wajah Chacha saja ayannya bisa kumat. Dan kalau kumat itu menjijikan sekali. Dia akan kejang-kejang sambil bibirnya menyon ngeluarin iler. Jijik banget kan. Siapa juga yang mau ngelapin ilernya. Ya dia lah, kalau sudah sadar dari ayannya. Nah, mengetahui hal itu, timbullah keisengan Wima buat ngerjain Ezra.

“Ezra, lo dapet salam dari Chacha.”

“Serius lo, Wim,” sahut Ezra.

“Serius lah, Bro. Kapan gue bohong sama lo,” timpal Wima sambil menepuk bahu Ezra.

“Lo nggak lagi ngerjain gue, kan?” kata Ezra curiga.

“Ya elah, masa lo nggak percaya sama gue. Kayanya si Chacha ada rasa juga tuh sama lo,” jawab Wima berusaha meyakinkan.

“Masa, sih,” Ezra mulai percaya.

Berbunga-bungalah hati Ezra. Dia merasa kalau cewek yang dia taksir diam-diam juga ada rasa sama dia. Sontak Ezra nggak doyan makan. Mie ayam yang dipesan dan sudah ada di depannya dianggurin. Ezra masih senyum-senyum sendiri ngebayangin wajah Chacha yang hitam manis dengan senyum merekah. Wima geli ngliat Ezra yang kegeeran gitu. Dia nggak sadar kalau lagi dikerjain. Tanpa merasa berdosa karena tega ngerjain sohibnya, Wima ngembat mie ayam Ezra yang sudah siap di meja kantin.

Ezra tengak tengok memandang sekeliling kantin, berharap ada Chacha. Tapi yang dicari sama sekali belum tampak ujudnya. Ezra nggak peduli mie ayamnya abis dimakan Wima. Yang penting hari ini dia bahagia dapet salam dari Chacha.

“Wim, si Chacha kok nggak keliatan, ya,” tanya Ezra yang tiba-tiba mengganggu konsentrasi makan Wima.

“Udah tunggu aja, ntar juga nongol,” jawab Wima sambil terus ngunyah mie ayam hasil tipu-tipunya.

Tak disangka yang ditunggu Ezra nongol juga. Postur semampai, rambut Panjang tergerai, berjalan gemulai, bikin Ezra lemas terkulai, hampir kumat ayannya. Untung kondisi badan Ezra lagi fit. Jadi, dia baik-baik saja.

“Wim Wima itu Chacha !” teriak Ezra girang.

Wima yang masih berusaha ngabisin mie ayam Ezra bergeming. Chacha semakin mendekat ke arah Ezra dan Wima. Kebetulan tempat duduk mereka sebelahan sama tukang cilok jajanan kesukaan Chacha. Dengan penuh percaya diri, Ezra yang dari tadi udah kegeeran langsung menyapa Chacha yang senyum ke Ezra dan berdiri tepat di sampingnya.

“Hai, Chacha ,” sapa Ezra tanpa malu-malu.

“Hai juga,” bales Chacha dengan muka datar.

“Salamnya udah gue terima, lho,” dengan pede Ezra memulai obrolan.

“Whaat! Salam?” pekik Chacha di depan muka Ezra.

“Iya, salam. Salam kamu untuk aku,” dengan penuh percaya diri Ezra menjawab.

Wima tersenyum penuh kemenangan. Chacha bengong, matanya melotot ke Ezra.

Ezra yang masih salah tingkah tambah geer ditatap Chacha. Masa sih dia nggak tau ya, antara tatapan bahagia penuh pesona dengan tatapan marah tanda nggak suka. “Heddeh Ezra polos banget sih, lo,” rutuk Wima dalam hati.

Nggak tega juga Wima ngliat Ezra dipelototin Chacha.

“Lo, nggak lagi mimpi kan, Zra?” Chacha menimpali.

“Nggak dong, Cha coba aja lo cubit gue,” bales Ezra ngarep.

“Ogah amat, lo cubit aja sendiri pipi lo yang gembul itu,” Chacha meradang.

“Tapi bener kan, Cha lo nitip salam buat gue lewat Wima,” tanya Ezra penasaran.

“Idiiih siapa juga yang nitip salam buat lo. Ge er banget lo,” Chacha tambah sewot.

“Lho jadi lo nggak nitip salam buat gue? Salam manis gitu, Cha?” Ezra nanya setengah maksa.

“Ya, nggaklah,” jawab Chacha tegas.

Ezra lemes denger jawaban Chacha. Dengan muka merah mirip tahu bulet lima ratusan yang digoreng dadakan dan dikasih serbuk cabe, Ezra langsung balik badan nyari Wima yang ternyata sudah melarikan diri bersama mie ayam dan mangkoknya. Eh, nggak deng, mie ayamnya udah abis. Ezra mengejar Wima yang tega ngerjain dia plus ngembat mie ayamnya.

“Wimaaaaaa !!! Kampret, lo !!! Lo ngerjain gue!!!” teriak Ezra membabi buta.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image