Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Idealisa Masyrafina

Keramikus Dian Hardiansyah Bawa Misi Keberlanjutan Lingkungan di Distrik Seni Sarinah

Gaya Hidup | Tuesday, 05 Jul 2022, 07:25 WIB
Dian Hardiansyah di depan karya Ziarah Bumi di Distrik Seni Sarinah.

JAKARTA - Misi keberlanjutan lingkungan menjadi salah satu topik yang dibahas oleh seniman dalam pameran Distrik Seni Sarinah. Dalam naungan tema Berdikari yang diusung Distrik Seni, seniman Dian Hardiansyah mengungkap makna karyanya yang berjudul Ziarah Bumi.

Karya seni Dian berupa karya seni keramik berbentuk kotak dan segitiga dengan berbagai motif dan warna alam seperti putih, hitam dan coklat. Melalui karyanya, keramikus ini menyoroti keberlanjutan lingkungan.

Karya keramik Dian Hardiansyah yang dipamerkan di Distrik Seni menunjukkan elemen bumi dengan warna warni tanah dari berbagai daerah. Pengalamannya belajar keramik di Korea Selatan dan China membawanya pada eksperimen hasil pembakaran yang menjadi ciri khas warna karyanya.

Proses pembakaran dengan suhu yang berbeda juga menunjukkan perbedaan hasil warna yang berbeda pada karya seni Dian tersebut. Sementara bentuk-bentuknya, merupakan biomimikri atau terinspirasi dari desain bentuk-bentuk alam.

"Biomimikri ini diaplikasikan dari alam, didesain dan diambil hanya pada benda-benda tertentu. Jadi ini inspirasinya dari alam, makanya ada yang melihat bentuknya kayak duren, ini kayak apa, jadi saya mau membebaskan (imajinasi khalayak-red),"ujar Dian Hardiansyah dalam acara Artist's Talk Distrik Seni Sarinah, Sabtu (2/7/22) sore.

Terkait dengan keberlanjutan, ia menyoroti habisnya tanah liat yang dipakai tanpa memperhatikan lingkungan. Ia menyoroti tanah liat di Kasongan, Kabupaten Bantul, yang kini sudah mulai langka karena terus menerus dikeruk untuk industri gerabah.

Menurutnya, cara nenek moyang menggunakan hasil bumi patut dicontoh yakni dengan menggunakan hanya seperlunya dan membiarkan siklus alam bekerja sebelum menggunakannya kembali. Untuk tanah, contohnya digunakan untuk bercocok tanam kemudian diambil untuk digunakan seperlunya.

"Apapun sustain atau tidak sustain tergantung cara kita menggunakannya. Harus dengan bijak, seperti nenek moyang kita," tuturnya.

Pesan inilah yang juga disampaikan Dian saat membentuk kolektif seni BakarTanahLab yang fokus dalam penelitian tanah liat. Selain itu, ia menjelaskan penelitian tanah yang dilakukan BakarTanahLab di Dieng dalam rangka residensi bersama TanahJiwo.

Penelitian itu menunjukkan bahwa tanah di beberapa lokasi di sekitar candi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti cat air dengan warna alam karena tanahnya memiliki pigmentasi yang menarik. Hasil penelitian ini dipresentasikan dalam bentuk workshop di Distrik Seni Sarinah pada Ahad (3/7/22).

Akan tetapi, ia berharap hasil penelitian tersebut tidak disalahgunakan untuk mengeruk keuntungan komersial. Apalagi, tanah yang terkena polutan tidak dapat digunakan untuk membuat karya apapun.

"Tanah yang sudah terkontaminasi limbah atau polutan bisa digunakan tapi butuh kerja ekstra keras, dan tidak bisa tahan lama hasilnya," katanya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image